Jumat, 08 September 2017

2 Penyakit Ini Bisa Buat Rambut Menjadi Lebih Mudah Rontok

anemia

Hampir 1 dari 10 wanita usia 20 sampai 49 menderita anemia defisiensi besi. Wanita yang mengalami perdarahan menstruasi yang parah atau kekurangan zat besi perlu mengalami anemia.

Anemia kekurangan zat besi menyebabkan kelelahan berlebih, kelemahan tubuh dan pucat pada kulit. Anda mungkin juga mengalami sakit kepala berulang, sulit berkonsentrasi, telapak tangan dingin dan kaki, dan kehilangan rambut.

Wanita umumnya membutuhkan 18 mg zat besi setiap hari, 8 mg pascamenopause.

Cara Mengatasinya: Suplemen zat besi bisa membantu Anda mengatasi anemia (carilah suplemen yang juga mengandung biotin, silika dan L-sistein). Selain itu, cukup asupan zat besi dari makanan sehari-hari Anda.

Sumber besi yang baik termasuk daging merah, ikan, sayuran, sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian utuh. Dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat besi beserta vitamin C, yang bisa membantu mempercepat penyerapan zat besi.

Gangguan pada kelenjar tiroid

Hipotiroidisme adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid tidak bekerja optimal untuk menghasilkan hormon yang berhubungan dengan metabolisme serta pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

Sedangkan hipertiroidisme adalah kondisi medis dimana produksi hormon metabolisme hanya berlebih, menyebabkan palpitasi jantung, diare, mudah tersinggung, gugup, kulit lembab, kelemahan otot dan ekspresi mata yang senantiasa kaget.

Hipotiroidisme dapat menyebabkan beberapa gejala, termasuk penambahan berat badan tanpa berat badan, kelelahan, konstipasi, depresi dan sulit berkonsentrasi. Rambut, kulit dan kuku mudah rapuh dan pecah. Kelainan tiroid lebih sering terjadi pada wanita, terutama di usia 50an.

Kedua jenis kelainan tiroid ini bisa menyebabkan Anda mengalami rambut rontok.

Cara Mengatasi: Tanyakan kepada dokter Anda tentang obat-obatan yang sesuai untuk kondisi kesehatan Anda. Dokter mungkin meresepkan obat hormon tiroid untuk mengembalikan kadar hormon kembali normal.

Pengujian rutin TSH mungkin dilakukan untuk memastikan pembakaran dosis yang benar. Begitu kadar hormon tiroid Anda kembali normal, rambut Anda juga akan kembali kuat.

Senin, 14 Agustus 2017

Makan Pedas Bisa Turunkan Berat Badan?

Beberapa pembaca detikHealth berpendapat bahwa alasan untuk mengonsumsi makanan pedas karena dapat menurunkan berat badan. Apakah itu oke?

Menurut spesialis di Rumah Sakit penyakit Mayapada Tangerang, Dr Hendra Nurjadin, SPPD-KGEH makan makanan pedas tidak ada hubungannya dengan penurunan berat badan.

"Tidak diuji, sebagian besar dengan rasa sakit yang parah mag mag, masih tidak makan, sehingga Anda dapat menurunkan berat badan," katanya saat dihubungi www.solusitinggiku.com, Rabu (26/07/207).

Dr Hendra menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan pedas dapat menyebabkan masalah perut seperti diare. Tapi tidak semua orang yang makan makanan pedas dapat mengalami diare, kondisi perut karena masing-masing orang berbeda.

Hal yang sama juga apa para ahli mengatakan saluran pencernaan, dr. Unggul Budihusodo, Sp.PD, KGEH, mengonsumsi makanan pedas tidak menyebabkan efek penurunan berat badan.

"Engga ada, jika diare kali berat badan mereka turun," dia bercanda saat dihubungi detikHealth pada hari yang sama.

Lebih buruk lagi, dokter yang adalah presiden dari Asosiasi Riset Jantung Indonesia (PPHI) mengatakan bahwa makanan pedas dapat memperburuk kondisi perut orang yang memiliki borok atau mag.

"Anda dapat berdarah perut, jadi jangan makan pedas," tambah Dr Superior.